Bullying adalah prilaku menindas atau perpeloncoan dilakukan dengan sengaja dengan maksud untuk menyakiti seseorang, baik secara emosional, fisik, atau seksual.

Perilaku ini sering terjadi di lingkungan sekolah, namun bisa juga terjadi di masyarakat atau  tempat kerja.

 9 Penyebab Bullying dan Cara Mencegahnya

Tak hanya menimbulkan cedera atau kerugian fisik, korban bullying juga kerap mengalami berbagai masalah psikologis, seperti nyeri, sakit mental, gelisah, gelisah, sering mengalami mimpi buruk, kesulitan percaya. orang lain (masalah kepercayaan), depresi, bahkan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

 Untuk menghindari hal ini, penting untuk mengetahui penyebab pelecehan dan faktor-faktor yang mungkin menyebabkannya.

 Penyebab Bullying Mengetahui orang-orang di sekitar Anda mengalami perilaku tidak menyenangkan tersebut tentu akan membuat Anda sedih dan kaget, apalagi jika keluarga atau orang tercinta Anda adalah pelaku atau korban dari perilaku bullying tersebut.

 Seringkali orang berpikir bahwa penindas adalah orang jahat. Kenyataannya, tidak semua pelaku intimidasi melakukannya karena mereka menginginkannya. Beberapa orang bahkan tidak memahami bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan bullying.

Berikut  beberapa kemungkinan penyebab terjadinya bullying:

1. Pernah menyaksikan orang lain melakukan bullying

melakukan tindakan kekerasan Penyebab terjadinya bullying sering kali berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal Anda. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan suasana  hangat dan harmonis di dalam rumah. Memang benar, keluarga adalah tempat pertama kita belajar bagaimana berintegrasi dan hidup bersama orang lain.

Namun adanya hubungan atau interaksi keluarga yang buruk akan menyebabkan seseorang memperlakukan orang lain dengan cara yang sama.

Bukan hanya keluarga, lingkungan tempat tinggal yang tidak aman juga bisa menjadikan seseorang menjadi pelaku bullying.

 2. Kurang tepatnya pola asuh keluarga

dalam membesarkan anak yang cenderung terlalu keras. Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai metode mendidik anak yang melakukan kesalahan dapat menjadi penyebab terjadinya bullying. Pola asuh yang sarat dengan kekerasan fisik dapat membentuk kepribadian seseorang  menjadi lebih agresif dan kasar terhadap orang lain.

Alhasil, tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menindas orang lain pun tak segan-segan dilakukan. Selain itu, hukuman yang diberikan sering kali menyebabkan seseorang memendam emosi negatif, sehingga menyebabkan ia ingin menyerang orang lain.

 3. Pernah menjadi korban pelecehan

Orang yang pernah menjadi korban pelecehan, seperti diejek atau dipukul, bisa saja menjadi pelaku pelecehan terhadap orang lain. Hal ini sebagai bentuk pelepasan atas perundungan yang dialaminya.

Untuk mencegah hal ini terjadi, penting bagi orang-orang terdekat Anda untuk mengenali perubahan perilaku seseorang dan menginformasikannya agar mereka dapat mengelola sikap tersebut dengan bijak.

 4. Kurangnya perhatian dari keluarga dan orang sekitar

Kurangnya perhatian dan kasih sayang dapat menjadi penyebab terjadinya bullying. Misalnya, anak akan mencari perhatian dengan tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Namun, jika ia tidak mendapat perhatian, ia akan melakukan tindakan lain yang lebih ekstrem, seperti menindas temannya demi mendapatkan perhatian yang ia inginkan.

 5. Menginginkan kekuasaan dan kendali

Orang yang menginginkan kekuasaan  cenderung ingin memegang kendali dan menguasai segalanya. Beberapa orang juga akan memilih untuk berinteraksi dengan orang lain yang mereka yakini dapat mengendalikan dan memenuhi keinginannya.

 Namun, jika keadaan tidak berjalan sesuai keinginannya, dia mungkin akan melakukan ancaman dalam bentuk pelecehan. Hal ini sering terjadi pada orang dengan pola asuh yang buruk atau gangguan kepribadian.

 6. Keinginan untuk dianggap terkenal

Beberapa orang terkadang ingin dikenal dan menjadi terkenal di lingkungannya.Namun, mereka bisa mencari kejayaan dengan melakukan hal-hal buruk, termasuk bullying. Tidak jarang mereka menggoda, menggoda, mencemarkan nama baik dan mengucilkan orang lain demi mendapatkan pengakuan.

Perilaku tersebut juga merupakan salah satu bentuk tekanan teman sebaya, sehingga bullying sering dilakukan oleh teman-teman di sekolah, tempat kerja, atau di rumah.

 7. Kurangnya pendidikan dan empati

Pendidikan dan pola asuh yang baik merupakan  faktor penting agar seseorang mempunyai karakter yang baik.Salah satu ciri karakter yang baik adalah moralitas dan empati.

Orang yang tidak berpendidikan tinggi mungkin menjadi kurang berempati sehingga tidak merasa bersalah ketika melakukan hal-hal yang tidak pantas, termasuk perundungan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola asuh dan pendidikan yang mendorong empati dapat membantu seseorang  menghargai dan menghormati orang lain.

Dengan cara ini, kesadaran diri yang lebih baik akan tercipta dan masyarakat menyadari bahwa bullying adalah perilaku buruk dan tidak boleh dilakukan.

 8. Agar mudah berbaur di lingkungan pertemanan

Penyebab pelecehan bisa jadi bukan karena kemauan pelakunya, melainkan karena pengaruh orang-orang terdekatnya. Hal ini dilakukan sebagai cara agar dapat diterima di lingkungan sosial lingkungan.

9. Dampak Game yang Dimainkan

Di era digital, tidak jarang lagi orang-orang dari berbagai latar belakang dan usia menggunakan ponsel dalam aktivitas sehari-hari. Gadget tersebut memberikan kemudahan dalam mengakses segala macam informasi dan pilihan hiburan, termasuk bermain game online.

 Sayangnya, ponsel dan game online dapat dieksploitasi jika penggunaannya tidak dibatasi. Hal ini dapat menyebabkan intimidasi di kemudian hari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa game online dapat menjadi wadah terjadinya cyberbullying bagi para gamer, biasanya dalam bentuk hinaan, ejekan, dan makian.

Jika Anda mengalami cyberbullying, Anda mungkin akan menekan emosi Anda dan melampiaskannya kepada orang lain dalam bentuk bullying di dunia nyata. Namun, tidak semua orang yang bermain game online menjadi pelaku intimidasi.

Untuk mencegah dan mengurangi perilaku bullying sejak dini, anak kecil dan keluarga dapat diajarkan untuk:

1. Menjamin komunikasi yang baik dan terbuka.

Tanyakan kepada anak atau adik Anda bagaimana perasaan mereka tentang sekolah dan dorong mereka untuk berbagi cerita.

2. Memperkuat rasa percaya diri anak.

Mengetahui kemampuan dan perasaannya tentang dirinya sendiri membuatnya tidak terlalu menakutkan.

3. Melibatkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler

Untuk meningkatkan hobi dan keterampilan sosialnya, Ini juga menjadi kesempatan baginya untuk aktif mengembangkan bakatnya. Menanamkan pola pikir anti-bullying dengan tidak mengajari anak membentak, memukul, mendorong, atau mengolok-olok orang lain.Sampaikan pemahaman bahwa melontarkan lelucon atau melontarkan lelucon yang mungkin menyakiti hati orang lain merupakan salah satu bentuk perundungan.

4. Ajari anak cara menghadapi perundungan dan beri mereka motivasi dan keberanian untuk melaporkan perilaku perundungan kepada guru dan orang tua jika mereka mengalami atau menyaksikan perilaku perundungan di kalangan teman sebayanya.

Waspadai tanda-tanda intimidasi pada keluarga, teman, dan kerabat Anda. Jika anak Anda menjadi korban perundungan, apakah ia takut pergi ke sekolah, tiba-tiba prestasi akademisnya menurun, menjadi pendiam, atau tubuhnya tergores, memar, atau nyeri tanpa alasan?

 Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut, Anda harus memahami dan memahami terlebih dahulu bahwa ini bukan salah mereka.

Jelaskan secara perlahan kepada korban bullying apa yang terjadi dan minta mereka melaporkan kejadian tersebut ke sekolah atau orang tua pelaku.

 Dalam kasus yang serius, penindasan dapat dilaporkan kepada pihak berwenang karena tindakan tersebut ilegal.

Namun, jika anak Anda menindas temannya, Anda dapat menegurnya dan menjelaskan bahwa penindasan itu buruk bagi temannya dan dirinya sendiri. Ia perlu meminta maaf dan menegaskan bahwa ia menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

Penyebab bullying perlu kita kenali sejak dini dan cegah agar tidak ada lagi yang menjadi pelaku atau korban. Jika Anda berada dalam situasi ini, jangan ragu untuk menghubungi ahli kesehatan mental untuk membantu Anda mengatasi dampak bullying.

Sumber: www.alodokter.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *